Luar angkasa jelas tak
bisa ditinggali. Ia nyaris hampa udara. Konsentrasi oksigen sangat
sedikit. Gravitasi pun nihil. Namun, di sanalah Dr Ryan Stone (Sandra
Bullock) dan astronot kawakan Matthew Kowalsky (George Clooney) harus
terkatung-katung tak tentu nasib.
Padahal, itu merupakan
misi luar angkasa pertama bagi Stone. Ia harus mengerjakan perbaikan
rutin untuk sebuah satelit Amerika. Awalnya pekerjaan itu tak masalah.
Suasana santai. Kowalsky bahkan bisa asyik mendengarkan musik sambil
mengocehkan cerita-cerita lucu.
Sayang, itu hanya
bertahan beberapa menit. Kondisi darurat diumumkan. Sebuah satelit
meledak dan puingnya menyebabkan efek pecah beruntun. Ia bakal
menghantam posisi Stone dan Kowalsky dalam waktu tak kurang dari dua
menit. Suasana berubah panik.
Misi perbaikan
dibatalkan. Mereka hanya punya satu misi pribadi: menyelamatkan diri.
Sayang, sekeras apapun berusaha, mereka terlambat. Stone dan Kowalsky
tinggal berdua saja di luar angkasa. Kendaraan mereka kembali ke bumi
tak bisa digunakan. Komunikasi pun terputus.
Parahnya lagi, oksigen
dan bahan bakar jet menipis. Keduanya harus bertahan dalam kondisi itu.
Juga harus berupaya maksimal untuk bisa pulang, menyentuh bumi dan
memandang matahari dari bawah. Mampukah mereka melewatinya?
Yang jelas, Stone
mendapat banyak hal dari pengalaman pertamanya itu. Ia belajar soal
semangat hidup. Tentang kekuatan hati untuk tak menyerah, separah apapun
rintangan yang harus dihadapinya. Juga keyakinan untuk mengandalkan
diri sendiri, saat tak ada satupun yang bisa membantu.
“Aku pasti bisa melakukannya. Ini saatnya untuk pulang,” kebulatan tekad itu yang menjadi prinsipnya.
Secara keseluruhan, ide film Gravity
sangat sederhana. Hanya mengisahkan perjuangan manusia untuk kembali
pulang. Namun, ia dikemas dengan sangat menarik. Penonton seakan diajak
merasa nyaris putus asa lewat masalah demi masalah yang berdatangan.
Peran Sandra Bullock
sangat menentukan kesuksesan film ini. Ia benar-benar berakting seorang
diri. Meski begitu, ia tetap bisa membawa suasana ketegangan luar
angkasa ke hadapan penonton. Transformasi keteguhan hati Bullock bisa
ditampilkan dengan baik. Dari teknisi introvert, ia menjelma jadi
astronot yang penuh optimisme.
Tak heran, aktingnya
banyak dipuji kritikus film Hollywood. George Clooney, meski tak tampil
banyak, tetap bisa memberi warna tersendiri dalam film ini. Optimismenya
bahkan menjadi inspirasi untuk keseluruhan film. Pengambilan gambar dan
efek visual Gravity pun bisa dibilang menakjubkan. Lebih lagi jika
disaksikan melalui 3D.
Yang perlu disayangkan
hanya awal film yang sedikit terlalu lambat. Penonton langsung disuguhi
kesunyian luar angkasa, hanya ada lantunan musik dan ocehan Kowalsky.
Stone sendiri terlalu serius mengerjakan tugasnya. Ketegangan baru
terasa saat ribuan puing menyerang mereka.
Bagaimanapun juga, Gravity
disebut-sebut sebagai film luar angkasa terbaik. Penjualannya di
seluruh dunia bahkan sudah mencapai US$200 juta. Ia juga menjadi jawara
dalam Box Office. Film ini sudah bisa disaksikan di bioskop-bioskop Indonesia.
0 comments:
Post a Comment