Melani di TSI Bogor (Foto: Arie Yoenianto/Koran Sindo)
Suntik mati atau lazim dikenal dengan euthanasia disarankan untuk mengakhiri penderitaan hewan karnivora itu.
“Kolega di luar negeri menyarankan agar dilakukan euthanasia untuk Melani. Euthanasia akan membantu Melani mempercepat mengakhiri penderitaannya," kata Retno Sudarwati, Manager Satwa TSI Cisarua, Bogor.
Usulan euthanasia, lanjut Retno, didasarkan atas tipisnya harapan hidup Melani dari waktu ke waktu. Gangguan pada pencernaannya akibat pola makan yang salah selama berada di KBS membuat kondisinya sulit membaik.
Harimau berusia 15 tahun itu saat ini berada di Animal Hospital TSI Cisarua, Bogor. Saat dipindahkan dari KBS pada 25 Juni 2013, bobot tubuhnya hanya 45 kilogram. Padahal ukuran ideal si raja rimba seusianya adalah 75 kilogram.
"Organ pencernaannya sudah tidak berfungsi dengan baik. Jika diberi makanan daging, keluar juga masih berupa daging. Ini sudah dialami cukup lama sebelum dirujuk ke Animal Hospital TSI,” jelasnya.
Menurut dia, selama diopaname, Melani mendapat perawatan intensif dan pengawasan 24 jam menggunakan CCTV. Konsumsi bubur daging merah yang dicampur bubur formula menjadikan berat tubuhnya meningkat drastis hingga mencapai 53 kilogram. Namun karena riwayat disfungsi organ pencernaan, Melani menderita diare hingga bobotnya turun lagi menjadi 45 kilogram.
"Kami terus memberikan perawatan yang terbaik untuk Melani agar kualitas hidupnya meningkat. Selain pemberian makanan sehat, terapi dan pemeriksaan darah dilakukan untuk memperbaiki sistem pencernaannya. Meningkatnya kualitas hidup ini akan mengenyampingkan euthanasia yang sering disampaikan kolega di luar negeri," tandasnya.
Melani, subspesies harimau yang habitat aslinya di Pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hingga saat ini. Hewan kebanggaan Indonesia ini termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN.
Ketua Forum Harimau Kita, Dolly Priatna, menyebut, berdasarkan penelitian Global Tiger Initiative 2010 ada 325 ekor harimau liar yang masih ada di alam. Penelitian yang melibatkan ahli statistik itu dianggap cukup akurat untuk mengetahui populasi satwa langka tersebut.
Selain hidup dialam bebas, Harimau Sumatera yang berada dalam penangkaran berjumlah 140 ekor. Hasil pendataan Ligaya Tumbelaka, Studbook Keeper Harimau Sumatera Regional Indonesia, 140 ekor harimau Sumatera itu terdapat di 19 dari 46 kebun binatang di Indonesia
0 comments:
Post a Comment