Ia sempat kecewa saat website Universitas Jambi tak bisa diakses.
Jambi : “Apo hopi luluy akeh? (apa tidak lulus saya?)," tanya Besudut kala tenggat waktu pengumuman UMB Universitas Jambi (Unja) yang dijadwalkan bisa diakses Minggu sore 28 Juli 2013, jam 18.00 WIB terlewati. Website smpb.or.id yang seharusnya memajang nama-nama yang diterima di perguruan tinggi negeri, tidak bisa diakses pada waktu yang dijanjikan.
Nasib Besudut baru diketahui menjelang tengah malam. Pemuda bernama asli Irman Jalil itu ternyata lulus untuk jurusan pendidikan guru sekolah dasar.
Namun, Besudut tak
langsung mendengar kabar bahagia itu. Dia keburu pulang, masuk ke rimba,
menemui ibundanya Meranti Sanggul di Bernai Mekekal Taman Nasional
Bukit Dua Belas.
Besudut memang tak sabar untuk mendengar kabar kelulusannya, maklum saja dia anak rimba perdana yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Suaranya menjadi riang kala di kasih tahu tentang kelulusannya.
Besudut memang tak sabar untuk mendengar kabar kelulusannya, maklum saja dia anak rimba perdana yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Suaranya menjadi riang kala di kasih tahu tentang kelulusannya.
“Dengan kelulusan ini,
merupakan tahapan selanjutnya dari proses pendidikan Besudut untuk
mengejar cita-citanya menjadi guru bagi anak-anak rimba,” ujar Rudi
Syaf, Manager Komunikasi KKI Warsi, Senin 29 Juli 2013.
Sebelumnya, Minggu pagi 21 Juli 2013, Besudut mengikuti ujian masuk bersama perguruan tinggi di Universitas Jambi, Mandalo Darat. Di ruangan G 1, Besudut dan puluhan peserta UMB-PTN mulai berkutat dengan soal-soal yang diberikan. Besudut, mengatakan sedikit tidak percaya diri menghadapi ujian kali ini. Meski demikian sekitar 15 soal untuk masing-masing mata pelajaran bisa dijawabnya.
“Akeh (aku) baru sekali ini ujian, dengan kawan-kawan lain yang tidak dikenal. Akeh (aku) ragu bisa luluy (lulus) apo idak. Tapi adolah tadi yang tejawab sekitar 15 soal, 15 soal untuk setiap soal,” katanya kala mengikuti ujian tersebut.
Menunggu UMB PTN, Besudut mengaku sempat menghabiskan waktu bersama keluarganya di rimba. Dia bahkan sempat memberitahu induknya bakal mengikuti ujian tersebut. Besudut berharap ujian kali ini, akan mendapatkan hasil yang sama dengan Ujian Nasional SMA, lulus dan bisa melanjutkan kuliah.
Sebelumnya, Minggu pagi 21 Juli 2013, Besudut mengikuti ujian masuk bersama perguruan tinggi di Universitas Jambi, Mandalo Darat. Di ruangan G 1, Besudut dan puluhan peserta UMB-PTN mulai berkutat dengan soal-soal yang diberikan. Besudut, mengatakan sedikit tidak percaya diri menghadapi ujian kali ini. Meski demikian sekitar 15 soal untuk masing-masing mata pelajaran bisa dijawabnya.
“Akeh (aku) baru sekali ini ujian, dengan kawan-kawan lain yang tidak dikenal. Akeh (aku) ragu bisa luluy (lulus) apo idak. Tapi adolah tadi yang tejawab sekitar 15 soal, 15 soal untuk setiap soal,” katanya kala mengikuti ujian tersebut.
Menunggu UMB PTN, Besudut mengaku sempat menghabiskan waktu bersama keluarganya di rimba. Dia bahkan sempat memberitahu induknya bakal mengikuti ujian tersebut. Besudut berharap ujian kali ini, akan mendapatkan hasil yang sama dengan Ujian Nasional SMA, lulus dan bisa melanjutkan kuliah.
Rudi Syaf berharap,
kelulusan Besudut bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi anak-anak
rimba lainnya untuk bisa meraih dan melangkah pendidikan yang lebih
baik. "Untuk menunjang kehidupan mereka yang semakin terjepit akibat
semakin berkurangnya hutan yang menjadi tumpuan hidup mereka,” kata Rudi
Syaf.
Awal perjuangan
Pendidikan yang dilakoni Besudut anak Rimba ini, tergolong unik. Ia mengawali pendidikan baca tulis hitung bersama fasilitator pendidikan Warsi kala sudah berumur belasan tahun. Kala itu, tahun 2000, Warsi terus mengembangkan pendidikan alternatif di kelompok-kelompok Orang Rimba Bernai Makekal Taman Nasional Bukit Duabelas.
Sekitar tiga tahun mengenal belajar baca tulis dan hitung. Kemudian Besudut diangkat anak oleh Kayak, orang Melayu yang kemudian membawanya ke luar rimba dan menetap di desa. Besudut kemudian dimasukkan ke sekolah dasar.
Awalnya dia dites, dan melihat kemampuannya ia ditempatkan di kelas empat. Namun seminggu kemudian ia dipindahkan ke kelas lima. Hingga kemudian ia lulus SD dan masuk SMP. Kala baru kelas 2, Besudut sudah tidak mampu menahan kerinduannya pada keluarga dan kehidupan rimba.
Diapun kembali ke rimba. Setahun berlalu, Besudut kembali ingin bersekolah, tetapi dengan syarat yang dekat dengan rimba. Pada fasilitator pendidikan Warsi yang mengajar anak-anak rimba di Mekekal, Besudut mengungkapkan keinginannya.
Pria kelahiran 12 September 1992 itu, kembali dijembatani untuk masuk ke SMP terbuka 14 Tebo yang berjarak sekitar 10 kilometer dari rimba. Ini merupakan SMP terdekat ke kelompoknya di Mekekal.
Pendidikan yang dilakoni Besudut anak Rimba ini, tergolong unik. Ia mengawali pendidikan baca tulis hitung bersama fasilitator pendidikan Warsi kala sudah berumur belasan tahun. Kala itu, tahun 2000, Warsi terus mengembangkan pendidikan alternatif di kelompok-kelompok Orang Rimba Bernai Makekal Taman Nasional Bukit Duabelas.
Sekitar tiga tahun mengenal belajar baca tulis dan hitung. Kemudian Besudut diangkat anak oleh Kayak, orang Melayu yang kemudian membawanya ke luar rimba dan menetap di desa. Besudut kemudian dimasukkan ke sekolah dasar.
Awalnya dia dites, dan melihat kemampuannya ia ditempatkan di kelas empat. Namun seminggu kemudian ia dipindahkan ke kelas lima. Hingga kemudian ia lulus SD dan masuk SMP. Kala baru kelas 2, Besudut sudah tidak mampu menahan kerinduannya pada keluarga dan kehidupan rimba.
Diapun kembali ke rimba. Setahun berlalu, Besudut kembali ingin bersekolah, tetapi dengan syarat yang dekat dengan rimba. Pada fasilitator pendidikan Warsi yang mengajar anak-anak rimba di Mekekal, Besudut mengungkapkan keinginannya.
Pria kelahiran 12 September 1992 itu, kembali dijembatani untuk masuk ke SMP terbuka 14 Tebo yang berjarak sekitar 10 kilometer dari rimba. Ini merupakan SMP terdekat ke kelompoknya di Mekekal.
Pada 2010, Besudut
dinyatakan lulus SMP meski hanya dengan pola SMP terbuka dengan sistem
tatap muka sekali dalam seminggu. Dengan pola ini, Besudut masih
memungkinkan untuk bisa kembali ke rimba dan bisa membantu orang tuanya
memotong para (menyadap karet).
Setelah lulus SMP, Besudut melanjutkan ke SMA 14 Tebo di Jalan Pintas Bangko Kecamatan Muara Tabir Kabupaten Tebo, sekitar 3 jam berkendara dari Muara Tebo ibukota Kabupaten Tebo. Tinggal di kantor KUD Desa SPA Sungai Jernih Muaro Tabir Tebo, Besudut bisa lebih dekat berangkat ke sekolah. Dia lulus SMA dengan nilai cukup memuaskan, rata-rata 6,25. (umi)
Setelah lulus SMP, Besudut melanjutkan ke SMA 14 Tebo di Jalan Pintas Bangko Kecamatan Muara Tabir Kabupaten Tebo, sekitar 3 jam berkendara dari Muara Tebo ibukota Kabupaten Tebo. Tinggal di kantor KUD Desa SPA Sungai Jernih Muaro Tabir Tebo, Besudut bisa lebih dekat berangkat ke sekolah. Dia lulus SMA dengan nilai cukup memuaskan, rata-rata 6,25. (umi)
0 comments:
Post a Comment