Dengan bantu rawat anak, beri kesempatan pasangan punya anak lagi.
Anggapan umum, pria yang poligami merupakan kunci bagi kelangsungan
genetiknya. Namun dua riset terbaru menemukan, justru monogami merupakan
cara terbaik bagi jantan untuk mempertahankan kelangsungan evolusinya.
Menurut
riset yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of
Sciences (PNAS), mempertahankan kehidupan keturunannya merupakan manfaat
luar biasa dari monogami. Kemudian sebuah riset yang dipublikasikan di
jurnal Science juga menyatakan, upaya seorang pria menjaga pasangannya
setia memberikan landasan evolusi terbesar.
Kedua riset ini
menggunakan pendapat umum bahwa mamalia jantan bisa memberikan banyak
keturunan dibanding betina. Terkesan, bahwa seekor jantan berpasangan
hanya dengan seekor betina kurang adaptif bagi si jantan untuk
berkembang biak.
Dalam riset di PNAS, yang menganalisis 230
spesies primata, disimpulkan bahwa menjaga anak-anak adalah keuntungan
terbesar jantan yang monogami. Dengan tetap berdekatan dengan
pasangannya, bisa mencegah risiko kematian dini anak. Meski riset ini
hanya terhadap primata nonmanusia, alasannya juga terlihat di manusia,
di mana anak-anak yang tumbuh tanpa ayahnya di rumah kemungkinan bisa
meninggal di masa kecil, seperti ditemukan dalam statistik pemerintah.
"Ini
pertama kali teori evolusi dari monogami telah diuji secara sistematis,
menyimpulkan kematian dini adalah pendorong monogami," kata antropolog
Christopher Opie dari University College London, kepala tim riset yang
dipublikasikan di PNAS. "Temuan ini mendekatkan pada debat panjang
mengenai asal-usul monogami di primata."
Tunggu dulu, temuan di
makalah yang ditulis di Science belum konklusif seperti itu. Ahli hewan
Dieter Lukas dan Tim Clutton-Brock dari Universitas Cambridge mengkaji
struktur sosial dari 2.545 spesies mamalia, yang mana 9 persennya
monogami. "Umumnya selalu bersama sampai salah satu meninggal," kata
Lukas, Senin 29 Juli 2013.
Ilmuwan dari Cambridge ini
menyimpulkan, upaya mengatasi kematian dini berperan sedikit dalam
proses membangun monogami di antara mamalia seperti tamarin,
berang-berang, serigala, dan mirkat. Malahan, justru si betina menyebar
di wilayah teritori yang luas dan tak menoleransi jantan memasuki
wilayah itu.
Hal ini yang membuat jantan tak memiliki pilihan
lain selain tetap berdekatan dengan pasangannya. "Monogami muncul ketika
mengamankan seekor betina lajang adalah strategi terbaik jantan," kata
Clutton-Brock.
Keuntungan EvolusionerKetika
monogami sudah terjadi, jantan yang setia akan menyediakan keturunannya
perilaku yang menguntungkan secara evolusi. Dengan monogami, jantan
lebih banyak memperhatikan keturunannya.
Selain mengamankan
keturunan dari dibunuh pihak lain, pengasuhan oleh jantan mengurangi
beban induknya, sehingga membuat kesehatannya lebih baik dan bisa
memberikan keturunan yang sehat berikutnya. Tentu, ini lagi-lagi
menguntungkan si jantan dari sisi evolusioner.
Apakah manusia
juga begitu? Tim peneliti dari Cambridge percaya, manusia pada dasarnya
bukan monogami. Sementara peneliti yang mempublikasikan temuan di PNAS
menyatakan, manusiaa sekaligus monogami dan poligami, tergantung keadaan
sejarah dan sosialnya.
"Manusia bukan hewan biasa, sangat
tergantung kepada budaya, yang mengubah begitu banyak peraturan dasar
evolusi," kata Clutton-Brock.
Monogami muncul ketika perempuan
terpisah dan sendiri dan seorang pria butuh berada di dekat untuk
menjaganya. "Namun monogami juga mungkin terjadi baru-baru ini saja,
ketika ada kesepakatan budaya mengenai perkawinan di dalam kelompok."
Namun,
Susanne Shultz dari Universitas Manchester, salah satu peneliti yang
menulis di PNAS, menyatakan, monogami jelas dasar berkembangnya Homo
sapiens (manusia). Motifnya adalah untuk mencegah kematian dini anak.
"Ketika si ayah memutuskan tetap berada di sekitar yang muda, si ibu
bisa mengubah pilihan reproduksinya dan memberikan keturunan yang lebih
pintar," katanya. (
Reuters | umi)