Sepekan terakhir seperti
menjadi ajang "pesta" minyak bagi penjarah. Tidak tanggung-tanggung,
tiga pipa minyak milik PT Pertamina dibobol.
Penjarahan pertama
terjadi pada pipa distribusi minyak mentah Tempino-Plaju, Sumatera
Selatan, pekan lalu. Pertamina terpaksa menghentikan operasional pipa
tersebut, karena semakin meningkatnya aktivitas penjarahan minyak
mentah. (Baca: Mengapa Penjarahan Minyak Pertamina Marak di Sumsel?)
Aksi
kedua adalah pencurian minyak di pipa penyuplai bahan bakar minyak
(BBM) Pertamina dari kilang Balongan, Indramayu, menuju Depo Plumpang,
Jakarta, pada 28 Juli 2013.
Namun, menurut Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, Rabu 31 Juli 2013, aksi para pencuri
tersebut dapat dicegah warga yang curiga, karena bau solar yang
menyengat. Warga menemukan selang berukuran 2 inci sepanjang 150 meter
dan keran untuk mengalirkan BBM.
"Pelaku mengebor pipa berisi solar dan sudah ditangkap," kata Jero Wacik, saat berkunjung ke Terminal BBM Pertamina Plumpang.
Peristiwa
ketiga, kebocoran pipa dan meledak di Dusun Maribaya, Tasikmalaya, pada
Selasa 30 Juli 2013. Pipa distribusi BBM Pertamina yang menghubungkan
Terminal BBM Lomanis, Jawa Tengah, menuju Terminal BBM Tasikmalaya
tersebut dibor oleh pencuri minyak. (Baca selengkapnya: Kronologi Ledakan Pipa Pertamina Tasikmalaya).
Akibat
aksi kriminal itu, ribuan barel minyak diperkirakan menguat sia-sia.
Kerugian negara ditaksir hingga ratusan miliar rupiah sejak awal tahun.
Khusus untuk penjarahan minyak mentah di Tempino-Plaju, Sumatera Selatan, rata-rata losses selama sepekan operasi komersial pipa tersebut telah mencapai 18 persen dari rata-rata penyaluran 12 ribu barel per hari.
Jika dilihat trennya, losses
cenderung meningkat dari semula hanya 4,45 persen pada hari pertama
hingga terakhir sempat mencapai 39,5 persen. Dalam sepekan, Pertamina
telah kehilangan minyak sekitar 17.500 barel atau setara Rp17,5 miliar.
Pertamina
melansir, kerugian akibat penjarahan minyak di Tempino-Plaju mencapai
Rp707 miliar sejak 2010 hingga semester pertama 2013. Pertamina meminta
aparat keamanan untuk menindak tegas pelaku penjarahan minyak.
"Kerugian
penjarahan minyak Tempino-Plaju sepanjang 2010-2012 mencapai Rp477
miliar dan pada 2013 hingga semester pertama mencapai Rp230 miliar,"
kata Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan.
Selain
Tempino-Plaju, Karen menyatakan berbagai insiden seperti kebocoran pipa
distribusi dan meledak di Dusun Maribaya, Tasikmalaya membutuhkan waktu
yang lama untuk pulih kembali. Saat ini, Pertamina sedang berusaha
mendinginkan pipa BBM seusai padamnya api.
Tindakan SubversifUntuk
menangani aksi penjarahan minyak itu, Kementerian ESDM sudah meminta
aparat keamanan bertindak cepat. Sebagian pelaku juga telah ditangkap.
"Saya
meminta Kapolri, Kapolda, Kapolres, dan warga setempat untuk mengatasi
hal ini. Dan, kebakaran yang terjadi juga telah diatasi," kata dia.
"Pipa Pertamina bukan hanya diincar, tetapi sudah mulai dijarah. Tindakan kriminal ini bisa mengganggu stabilitas nasional," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Ali Mundakir, saat berbincang dengan VIVAnews, Rabu 31 Juli 2013.
Sementara itu, Karen menyatakan, Pertamina telah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk menindak pelaku pencurian minyak.
Sementara itu, Ali juga menjelaskan, dampak penjarahan minyak ini berakibat pada turunnya lifting minyak Indonesia, dan berkurangnya penerimaan negara dari sektor migas.
"Tidak ada batas waktunya, hingga ada jaminan keamanan. Pertamina sudah capek-capek produksi minyak, tetapi digarong, hilang begitu saja," katanya.
Direktur Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Minyak dan Gas (SKK Migas) Sumatera Selatan, Setia Budi, menyatakan, ada 114 titik lokasi illegal tapping di pipa sepanjang 265 kilometer di jalur Tempino-Plaju itu.
Aktivitas penjarahan melalui illegal tapping ini, menurut Budi, kian marak tahun ini. Berdasarkan catatannya, kasus pencurian yang tercatat sepanjang 2012 ada 810 kali. Sementara itu, catatan sejak 1 Januari hingga 25 Juli 2013, kasus pencurian sudah terjadi 589 kali.
Para pelaku, Budi melanjutkan, dalam melakukan penjarahan berpindah-pindah lokasi. "Biasanya dilakukan di malam hari. Tetapi, puncaknya pencurian minyak pada Juli terjadi tanggal 22 Juli. Losses hingga 5.000 barel atau 40 persen dari kiriman per hari," jelasnya.
0 comments:
Post a Comment