Pernahkan Anda membayangkan bahwa siswi SMA berusia 17 tahun mampu
mendapat omzet sekitar 50 juta rupiah dari bisnis minuman es? Dyah Ayu
Prameswariningtyas Zulkarnaen, atau akrab disapa Ayu adalah seorang
gadis asal desa Jenggawah, Jember yang membuktikan hal tersebut.
Meskipun siswi kelas 12 IPS di SMA negeri di Jember ini pernah diejek
dan di-
bully karena membangun bisnis minuman es, ia tidak menyerah. Anak pertama dari dua bersaudara ini justru membuktikan bahwa
passion berbisnis
yang ia miliki mampu melatih dirinya untuk mengembangkan bisnis yang
sukses. Bagaimana kisah Ayu membangun bisnis minuman es yang ia namakan
Kampez tersebut? Mari kita simak penuturan gadis kelahiran 20 April 1997
ini!
Halo, Ayu! Bisa ceritakan tentang bisnis kamu? Bisnis kamu bergerak di bidang apa?
Halo! Nama bisnis Saya adalah Kampez, kepanjangan dari Kampung Es. Di
sini, Saya menjual jus buah segar dan cappuccino cincau, serta berbagai
variasi minuman lain. Saya memulai bisnis ini dari Maret 2014, yaitu
ketika Saya masih kelas 2 SMA. Sekarang, omzet yang Saya dapatkan
mencapai 50 juta rupiah per bulan.
Awal dibukanya warung ini, omzet per bulan masih kecil, karena Saya
salah prediksi cuaca. Saat itu, Saya berencana membuka warung ketika
masih pergantian cuaca. Tapi pertama kali Kampez berjalan, warung ini
dibuka ketika musim hujan setiap hari. Itu menjadi hal yang menyulitkan.
Tapi sekarang, omzet sudah meningkat hingga 50 juta rupiah per bulan.
Di Kampez, Saya membuat warung Saya berkonsep seperti semi kafe,
karena sasaran target bsinis ini adalah orang kalangan menengah ke bawah
di desa. Banyak bisnis berkembang di kota, tapi sebaliknya untuk di
desa, ada bisnis-bisnis yang belum tersentuh.
Untuk produknya, Saya membuat dan mencari formula sendiri. Misalnya
jus buah, Saya memilih buah yang berkualitas baik supaya rasa minuman
menjadi lebih enak dan unggul daripada jus buah lain. Untuk cappuccino
cincau, Saya mencari formulanya selama berbulan-bulan. Itu adalah masa
pencarian yang paling berat. Soalnya, Saya juga mengumpulkan modal uang
dari orang tua, menyiapkan mental, dan menanggung risiko
bullying dari
keluarga dan teman-teman. Setelah Saya menemukan formula yang cocok,
formula ini menjadi idola orang-orang karena rasanya yang berbeda dari
cappuccino cincau lain.
Kenapa kamu bisa sampai di-bully saat itu?
Saya lahir di lingkungan keluarga yang terbilang sukses. Mama Saya
adalah seorang guru yang telah berlalu lalang di luar negeri. Posisi
mama sebagai seorang guru, dan posisi Saya sebagai “penjual” minuman es
menimbulkan sindiran dan ejekan dari orang-orang. Banyak
bullying datang
dari orang-orang tua. Saya sampai dibanding-bandingkan dengan anak
lain. Tapi Saya memutuskan untuk tetap ada di dalam jalan Saya sendiri.
Saya tetap fokus sama tujuan awal untuk membangun bisnis sendiri dari
nol. Saya sadar kalau hambatan selalu ada dalam perjalanan ini. Apalagi
bisnis ini dibuat dari ide anak yang masih “bau kencur”. Jadi ya Saya
tetap tersenyum dan anggap itu sebagai penyemangat saja.
Terus, kenapa dulu Ayu berpikiran untuk berbisnis? Lalu, kenapa kamu memilih minuman es sebagai produk yang kamu jual?
Sejak kelas 3 SD, Saya sudah diajari berbisnis oleh orang tua. Dulu,
Saya menjual jepit rambut dan aksesoris di sekolah. Sampai SMA pun Saya
banyak menjual barang-barang, mulai dari kaos, aksesoris, gambar vektor,
dan lain-lain. Dari situ, Saya merasa kalau
passion Saya adalah
berbisnis. Saya juga terinspirasi dari kakung Saya sendiri. Dia sempat
miskin, tapi dia bisa menjadi sukses dengan berbisnis sate kambing di
Jember.
Lalu, saat Saya kelas 2 SMA, Saya jalan-jalan ke Malang untuk
berwisata kuliner. Dari situ, Saya mendapat ilham untuk membuat bisnis
secepat mungkin. Saya juga melihat kalau ada peluang di Jember.
Kebetulan, kafe dan minuman es sedang menjamur di Jember. Nah, karena
itu, Saya mau membuat usaha yang dapat menggabungkan kedua unsur itu.
Untungnya, Saya sudah punya modal tempat. Jadi, Saya tinggal mencari
menu yang cocok untuk dijual. Setelah itu, Saya memilih menu jus buah
karena menu ini nggak akan lekang oleh zaman. Lalu, untuk menu
cappuccino cincau atau capcin, Saya memilihnya karena menu ini sempat
happening di Jember dulu, tapi sekarang sudah tidak lagi. Untungnya, capcin Saya masih eksis hingga sekarang.
Apa yang membedakan minuman es di Kampez dengan minuman dari tempat lain?
Di Kampez, buah dipilih yang baik biar kualitas terjaga, rasa dari
capcin yang berbeda, serta banyak varian buah dan rasa capcin. Selain
itu, Saya menggunakan gula asli bukan sari manis atau sintetis, juga
tidak menggunakan bubuk sari buah. Harganya pun murah dan terjangkau
untuk semua golongan, serta tempatnya juga nyaman, bersih, dan terang.
Selama ini, produk paling laris dari bisnis minumanmu apa, Ayu?
Semua minuman Saya laris terjual. Untuk saat ini, jus buah adalah
minuman yang paling banyak dicari. Sampai pernah terjadi, alpukat 20 kg
habis dalam semalam. Itu adalah rekor yang membuat Saya terharu.
Mayoritas pembeli adalah orang Jember. Pernah juga ada pembeli dari luar Jember, yaitu para
backpacker atau
traveler dari
luar kota yang mau pergi ke pantai Papuma. Selain itu, banyak orang
luar kota yang juga mampir ke Kampez ketika musim mudik. Soalnya, tempat
Saya adalah tempat beristirahat. Tempat Saya cukup strategis karena
terletak di alun-alun desa Jenggawah, Jember.
Konsumen terbanyak adalah anak-anak muda, karena tempat Saya memang
memakai konsep untuk anak muda. Tapi banyak juga keluarga atau komunitas
yang datang ke Kampez. Kadang-kadang, juga ada rapat atau reuni
kecil-kecilan di warung Saya.
Cara apa saja yang kamu lakukan untuk mempromosikan Kampez?
Saya melakukan promo melalui
fanspage di Facebook, Twitter,
dan Instagram Saya pribadi. Saya juga menelepon saudara-saudara, sampai
mempromosikan Kampez ke guru-guru ketika pelajaran. Yang paling gila,
saya teriak-teriak untuk berpromosi saat upacara. Saat itu, sudah
break upacara
untuk menyampaikan pengumuman-pengumuman. Kampez sendiri baru masuk
hari ketiga pembukaan warung. Jadi, Saya berpromosi sambil teriak-teriak
begitu. Banyak anak mengejek Saya, tapi akhirnya mereka justru sering
pergi ke Kampez.
Sulitnya apa sih berbisnis Kampez ini, Ayu?
Sulitnya itu ketika musim hujan seperti sekarang, permintaan minuman es bisa menurun. Untungnya, Saya mempunyai
secondline bernama
Kampez Nyamil. Di sana, Saya menjual makanan dan camilan. Saya membuat
Kampez Nyamil setelah dua bulan Kampez didirikan. Soalnya, warung
semakin ramai, serta banyak orang yang mencari makanan dan camilan saat
nongkrong. Jadi, Saya mendirikan Kampez Nyamil ini.
Selain itu, ada kesulitan lain seperti buah yang terkadang langka
untuk dicari. Buah pun cepat busuk, sehingga harus cepat-cepat
dihabiskan. Saya sempat rugi karena Saya harus membuang buah-buah busuk
tersebut. Karena itu, Saya evaluasi untuk nggak menambah stok buah lagi.
Kami membuat evaluasi seminggu sekali untuk membahas keadaan di Kampez.
Jadi, akan ketahuan mana produk yang paling laris, mana yang tidak.
Mana yang harus menambah stok, atau mengurangi stok. Evaluasi itu
penting banget. Selain untuk sharing, kita juga bisa membuat atau
memperbaiki srategi. Selain itu, kita juga bisa tahu pengeluaran,
pemasukan, hal-hal yang rusak, dan lain-lain.
Ada juga hambatan lain, seperti bubuk untuk capcin sering langka,
sehingga harga kadang naik. Es batu pun harus siap banyak dari awal.
Selain itu, tempat Kampez terletak di desa, sehingga masyarakat harus
belajar dulu dengan sistem atau menu-menu baru. Pesaing pun makin
banyak.
Tantangannya, Saya harus mengontrol kualitas rasa, karena ada pergantian
shift pegawai
di Kampez. jadi, rasa minuman harus tetap baik semua. Pernah suatu kali
nggak terkontrol dengan baik, seperti salah satu pegawai membuat jus
stroberi dari blender bekas jus apel yang belum dibersihkan. Ada juga
biji buah yang ikut diblender bersama daging buah. Tentu saja konsumen
yang memesan minuman itu langsung protes. Untungnya, hal itu cepat
ditemukan, ditangani, dan diganti.
Dalam menjalani bisnis Kampez, Ayu pernah mendapat komplain dari konsumen?
Di awal bukanya warung Saya, masih banyak orang yang komplain mengenai
service, mulai
dari lupa uang kembalian, jus atau capcin yang lupa diberi gula atau
susu, sampai buah yang busuk tapi lupa dibuang sehingga ruangan pun jadi
bau. Tapi, Saya harus tetap tabah dan ikhlas. Selain itu, ketika awal
bukanya warung ini, Saya masih belum punya jurus untuk memanajemen
waktu. Akhirnya, tugas sekolah jadi kedodoran. Tapi sekarang, Saya sudah
punya empat pegawai, juga dibantu sama orang tua.
Meski banyak kesulitan, dari bisnis ini, Saya bisa menambah uang
saku, punya tabungan untuk kuliah nanti, menginspirasi orang lain, dan
membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Bisnis ini termasuk bisnis
yang
simple, tapi bisa memperoleh banyak profit. Dari bisnis
Saya, banyak orang yang mulanya takut berbisnis jadi mulai belajar
berbisnis. Bahkan, ada teman yang juga belajar berwirausaha sambil tetap
sekolah. Selain itu, Saya senang karena banyak orang yang memuji rasa
jus buah dan capcin di warung Saya berbeda daripada yang lain. Banyak
orang yang salut juga karena Saya sudah punya bisnis dengan profit yang
besar.
Nggak cuma itu, Saya yakin bisnis ini masih bisa berkembang karena
masih terbuka luas peluang usaha di desa, pencarian karyawan sedikit
lebih mudah, serta banyak waktu untuk berbenah dan menambah fasilitas.
Selain itu, teknologi makin maju, sehingga makin mudah juga untuk
berpromosi.
Apa kamu pernah dapat pengalaman berkesan selama menjalankan Kampez?
Ada. Saat Saya berbisnis, Saya makin mempunyai banyak teman. Banyak orang juga yang minta untuk berbagi ilmu. Saya
welcome banget,
karena ilmu kan wajib untuk dibagi. Saya pun bertemu banyak mentor yang
baik banget. Dari mereka, Saya belajar untuk berbisnis yang baik,
bagaimana mengolah keuangan yang sederhana, bagaimana berpromosi,
memanajemen bisnis, dan lain-lain.
Apa ada rencana lagi untuk mengembangkan bisnis ini?
Banyak banget rencana yang mau Saya wujudkan. Saya mau buka beberapa
cabang Kampez di Jember untuk mengoptimalkan desa, sekaligus membuka
lapangan kerja. Saya juga mau mengembangkan warung ini menjadi kafe yang
besar. Sekarang, Saya sudah membuat rancangan dan desain warungnya.
Apa saran atau tips yang bisa kamu berikan pada anak-anak muda
seumurmu yang tertarik untuk berbisnis? Terus, ada saran untuk anak-anak
muda yang sudah berbisnis supaya mereka bisa mempertahankan usaha
hingga waktu yang lama?
Untuk orang-orang yang mau berbisnis, jangan patah semangat, harus
kuat mental, punya niat, harus berani ambil resiko, jangan lupa untuk
belajar, berdoa, dan berusaha. Kalau kamu masih takut, kamu bisa
mengajak orang tua, mencari teman, atau saudara. Jangan bingung juga
dengan modal, karena banyak bisnis yang bisa dimulai dengan modal kecil
tapi mampu memcapai sukses dan menghasilkam profit tinggi.
Untuk orang-orang yang sudah mempunyai bisnis, cuma satu deh, jangan
pelit membagi ilmu, karena semakin ilmu dibagi, maka semakin barokah
juga. Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan
informasi bisnis anak muda kreatif melalui
Facebook atau
Twitter Studentpreneur.